Ir. Kusuma Widayaka, MS. Mengembangkan olah pikir, olah hati, olah raga,
olah rasa, dan olah karsa.(foto: dokumen pribadi) |
Sejak tahun 2006, Ir.
Kusuma Widayaka, MS diminta oleh universitas memberi materi soft skills kepada mahasiswa baru. Kesempatan
tersebut bertolak dari sekitar 20 tahun-an terakhir dosen Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman tersebut belajar soft skills.
“Saya banyak belajar melalui
seminar pegembangan diri, mendengarkan audio atau video, membaca buku
pengembangan diri dan menerapkan pengembangan diri dalam kehidupan sehari-hari,”
katanya.
Kusuma rajin mengikuti
seminar pengembangan diri di berbagai kota di Indonesia. Ia berangkat dengan
biaya sendiri. Selain itu, Kusuma juga berlangganan audio pengembangan diri
yang terbit bulanan.
“Hingga saat ini kira-kira ada 1000 judul yang saya miliki,” ungkap dosen Teknologi Hasil Ternak yang juga berlangganan buku pengembangan yang terbit bulanan. Setiap hari Kusuma mendengarkan satu audio pengembangan diri dan 15 menit membaca bagian buku langganannya itu.
Kusuma lantas banyak diundang ke berbagai tempat untuk bicara tentang soft skills. Maka, bisa dipahami ketika penulis mencoba menghubungi, baru beberapa hari sesudahnya mendapatkan tanggapan.
Tahun 2010 kegiatan yang semula dikenal dengan nama Soft Skills untuk mahasiswa baru tersebut diubah namanya menjadi Pengembangan Karakter dan Kepribadian Mahasiswa (PKKM). Menurutnya, konsep kegiatan tersebut adalah pengembangan karakter dan kepribadian berprestasi. Kusuma mengembangkan metode pelatihan yang kreatif, imajinatif, spiritual, sosial, musik dan emosi. Ia menekankan pada bagaimana para peserta memahami, merasakan, mengalami dengan game, role play atau simulasi. Kegiatan tesebut akan berlanjut dengan diskusi, menginteraksi dengan teori atau konsep, penarikan kesimpulan dan penerapan.
Pelatihan tersebut dilakukan selama dua hari. Secara garis besar materinya tentang Cita-cita, Goal, Strategi, Action dan Hasil menjadi mahasiswa yang memiliki hard skill di bidang masing-masing yang memiliki soft skills yang baik.
Sebelumnya Kusuma melakukan Training of trainer kepada dosen-dosen yang akan melatih di kelas masing-masing. “Kemudian saya menetapkan kordinator pelatihan di setiap fakultas. Para kordinator di fakultas kemudian menularkannya kepada dosen-dosen di fakultas masing-masing. Setiap dosen akan melatih mahasiswa baru per kelas sejumlah 35 mahasiswa,” papar Kusuma.
Jadi setiap tahun ada sekitar 150 dosen yang akan melatih kepada sekitar 5000 mahasiswa baru secara serentak selama dua hari. Para dosen juga dibantu mahasiwa senior yang sebelumnya pernah ikut pelatihan. Jumlah mereka 150 mahasiswa. Dengan berbagai pendekatan tersebut, suasana pelatihan menjadi sangat menyenangkan.
“Sebagai contoh di Fakultas Peternakan pada tahun ini, saya melibatkan 14 dosen dan 14 mahasiswa saja untuk melatih sekitar 330 mahasiswa baru,” ujarnya.
“Tidak ada suasana intimidasi dan menakutkan. Bahkan suasananya sebaliknya,” tegasnya.
Kusuma juga memanfaatkan
berbagai sarana media sosial yang akrab bagi mahasiswa baru seperti Instagram
dan Whatsapp Groups.
Di balik segala aktivitas tersebut, rupanya Kusuma Widayaka pula yang menciptakan lagu yang berkumandang setiap ada penerimaan mahasiswa baru. Lagu tersebut telah diperkenalkan dan diperdengarkan setidaknya tiga tahun terakhir.
Lirik lagu tersebut demikian:
Selamat datang
Mahasiswa Baru
Selamat
datang mahasiswa baru
Kami
menyambutmu dengan suka cita
Belajarlah
di kampus tercinta
Tuk
wujudkan masa depanmu
Asalkan
kamu kerja keras
Asalkan
kamu pantang menyerah
Asalkan
fokus pada impianmu
Cita-citamu
jadi kenyataan
Raihlah
sukses mulia
Bangkit
jadilah pemenang
Dengan
menyiapkan masa depan
Masyarakat
menanti karyamu
“Setiap orang ternyata ingin dirinya dihargai, dihormati dan dicintai. Hal
itu menginspirasi saya menciptakan lagu Selamat Datang Mahasiswa Baru tersebut,”
ungkap Kusuma mengenai latar belakang lagu yang ia ciptakan tersebut.
“Dalam benak saya, terbesit bagaimana ya membuat lagu kalau menyambut mahasiswa baru mereka merasa dihargai, dihormati dan dicintai,” tambahnya.
Dengan lagu ini, ia berharap bahwa ketika nantinya para
mahasiswa tersebut menjadi mahasiswa senior, mereka memiliki sikap menerima
mahasiswa baru penuh dengan suka cita, memberi motivasi dan harapan lebih baik.
Harapan ini menurut Kusuma sesuai pendapat Dekan Fakultas Peternakan Unsoed Prof.
Dr. Ismoyowati pada kesempatan memberikan sambutan kepada panitia PKKM di
fakultas.
”Menerima mahasiswa baru bukan plonco atau tekanan tetapi menerima dengan baik, nyaman, menyenangkan sehingga mahasiswa baru betah, saling terjalin interaksi kondusif, menumbuhkan karakter yang saling mengasihi dan memiliki sikap peduli, kerjasama yang baik, disiplin dan bangga menjadi peternak,” demikian Kusuma mengutip sambutan singkat Dekan.
Kusuma berharap lagu tersebut bukan hanya dinyanyikan di Unsoed, tetapi juga dinyanyikan di banyak kampus di Indonesia, dan menghinspirasi semua mahasiswa. Ia sangat tidak setuju dengan model Ospek atau pelonco senior atas yunior yang cenderung membawa muatan balas dendam.
“Saya bersyukur, lambat laun budaya perploncoan mulai menyusut dan orientasi mahasiswa baru diisi kegiatan yang lebih positif,” ungkapnya.
Ketika masyarakat Indonesia berada dalam suasana riuh rendah penuh ketegangan menyambut Pemilu Presiden (Pilpres) 2019, Kusuma menciptakan lagu yang membawa pesan perdamaian. Lagu tersebut berjudul Damai Indonesiaku. Lagu bernada langgam tesebut ketika itu ia harapkan memberi rasa sejuk di tengah situasi pasca Pemilu Serentak.
Cukup unik memang apa yang digeluti oleh Kusuma Widayaka. Sebagai ilmuwan dalam bidang eksakta, ia ternyata juga aktif berkesenian. Menurutnya, setiap individu sejak lahir dibekali oleh lima hal yang akan membentuk karakter yakni melalui olah pikir, olah hati, olah raga, olah rasa dan olah karya.
“Dengan mengolah pikiran, manusia menjadi cerdas. Mampu mengolah hati membuat manusia memiliki budi pekerti luhur. Mampu berolah raga menjadikan sehat dan berwibawa. Dan mampu mengolah rasa dan karsa membuat manusia menciptakan seni budaya agar dapat mempertahankan keberlangsungan hidup yang lebih baik,” demikian urai Kusuma.
Kesadaran mengenai arti penting lima aspek hidup manusia itu telah tumbuh dalam diri Kusuma sejak SMP. Kesadaran tersebut membuatnya menyenangi musik, rajin berolah raga, berpetualang, berorganisasi.
“Di dunia musik saya menyenangi musik gitar. Dalam olah raga saya belajar beladiri sejak SMA dan mulai ikut aktif organisasi di sekolah dan pramuka,” kata Kusuma.
“Melatih lima hal secara bersama-sama, berdasarkan
pengalaman saya, menjadikan saya seorang yang ‘peka’ terhadap sekeliling.
Sehingga kalau ada sesuatu di sekeliling mengusik hati saya, maka dengan rasa
seni saya khususnya seni musik dengan sangat mudah mengalir syair dan lagu,”
ungkap dosen yang menjalani studi S1 di UGM dan S2 di Universitas Padjadjaran
tersebut.
Bertolak dari berbagai pengalaman pribadi dan berbagai hal yang ia pelajari, Kusuma berpesan agar para mahasiswa mengembangkan lima aspek diri.
“Harapan saya, siapa pun tidak hanya mahasiswa perlu mengasah kelima hal yaitu olah pikir, olah hati, olah raga, olah rasa, dan olah karsa, sehingga dengan mengolah lima hal itu akan menjadikan insan yang cerdas yang berbudi pekerti luhur, memiliki spiritual yang baik, sehat jasmani dan menghasilkan karya-karya yang beretika,” pungkas Kusuma yang aktivitasnya bisa dipantau di akun IG @kwidayaka.
Sutriyono
0 Komentar
Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer