Cermatilah kegagalan itu, mungkin tersimpan
potensi menuju sukses.
Minnesota Mining
and Manufacturing Co awalnya adalah perusahaan pertambangan. Namun namanya melejit sebagai "3M" , bukan karena bisnis pertambangannya melainkan sebagai produsen Post It, kertas kecil dengan lem perekat
yang mudah lepas, yang ternyata sangat membantu para pekerja kantoran dalam
memberikan catatan.
Perusahaan ini didirikan tahun 1902 di “the Lake Superior
town of Two Harbors”, Minnesota, Amerika Serikat. Melalui pergulatan bisnisnya
yang pasang surut, pada tahun 1980 3M tiba-tiba melejit namanya karena produk
yang bisa dibilang sangat sederhana, yaitu kertas kecil untuk menulis memo,
sebagai pembatas halaman buku yang sedang dibaca atau untuk menulis catatan
penting untuk diri sendiri.
Nama lengkapnya 3M Post-it Notes, belakangan terkenal dengan nama Post It. Bagi orang kantoran pasti sering menggunakannya.
Bagaimana
3M bisa menemukan ide membuat kertas warna warni dengan lem perekat yang tidak
terlalu kuat? Inilah yang menarik . Perusahaan ini tidak secara
sengaja melakukan riset dan menggali ide menciptakan kertas dengan perekat.
Awalnya
adalah seorang bernama Spencer Silver yang mengembangkan sejenis lem namun
dianggap gagal karena lem ciptaannya tersebut tidak dapat merekat dengan
baik. Karena daya rekat kurang baik, maka produk ini dianggap sebagai produk gagal. “Lupakan saja,” kata
manajemen perusahaan.
Namun
beberapa waktu kemudian ada kompetisi
ide kreatif yang diselenggarakan manajemen 3 M untuk para karyawannya, dalam
rangka mengembangkan produk perusahaan.
Ary Fry,
salah seorang karyawan, sedang menggali ide
bagaimanya cara membuat pembatas halaman buku yang mudah digunakan. Kebiasaannya
saat itu adalah memberikan pembatas pada buku yang ia baca namun pembatas
tersebut berserakan bahkan berjatuhan di lantai. Dia kemudian teringat salah
satu koleganya yang bernama Spencer Silver yang pernah gagal mengembangkan produk
perekat.
Fry mencoba lem tersebut pada sebuah kertas dan menjadikannya pembatas buku yang sedang ia baca. Kertas tersebut dapat menempel dengan baik namun juga saat dilepas tidak merusak buku yang ia baca. Tidak hanya itu, selain sebagai pembatas buku, siapapun bisa memanfaatkan kertas ini untuk menulis catatan penting, menulis pesan dan membuangnya jika sewaktu-waktu tidak dibutuhkan.
Fry mencoba lem tersebut pada sebuah kertas dan menjadikannya pembatas buku yang sedang ia baca. Kertas tersebut dapat menempel dengan baik namun juga saat dilepas tidak merusak buku yang ia baca. Tidak hanya itu, selain sebagai pembatas buku, siapapun bisa memanfaatkan kertas ini untuk menulis catatan penting, menulis pesan dan membuangnya jika sewaktu-waktu tidak dibutuhkan.
Ary Fry berhasil menggali ide dari “produk gagal” berupa lem yang tidak merekat dengan kuat karya Spencer Silver menjadi menjadi lem untuk kertas yang bisa ditempel di mana saja dan bisa dilepas kapan saja.
Atas ide
kreatif-nya Ary Fry akhirnya memenangkan hadiah besar dari kompetisi tersebut dan
hasil penemuannya disebut Post It Notes yang kemudian menjadi produk 3 M laku keras
di pasaran di berbagai negara.
Dalam perkembangannya, kertas Post It mengalami banyak kemajuan baik dari segi kualitas maupun jenisnya. Hingga saat ini Brand Post-it sudah memiliki lebih dari 4.000 varian produk dan telah menjadi merek yang terkenal dan sangat disukai di seluruh dunia. Pada tahun 1987 Post-It Flag hadir, dan dianggap sebagai pionir dalam era baru mengorganisir dokumen.
Dalam perkembangannya, kertas Post It mengalami banyak kemajuan baik dari segi kualitas maupun jenisnya. Hingga saat ini Brand Post-it sudah memiliki lebih dari 4.000 varian produk dan telah menjadi merek yang terkenal dan sangat disukai di seluruh dunia. Pada tahun 1987 Post-It Flag hadir, dan dianggap sebagai pionir dalam era baru mengorganisir dokumen.
Ada cerita menarik, pada tahun
1989 sebuah keluarga meninggalkan rumah mereka akibat terjangan badai HUGO dan
terdapat Post-It Note yang ditempel
di depan pintu. Pada saat kembali 8 pohon Ek tumbang tapi Post-It note tetap menempel di pintu.
Sebuah kejadian lain menyebutkan
bahwa post-it note tetap menempel di
hidung pesawat setelah penerbangan dari Las Vegas menuju Minnepolis dengan
kecepatan 800km/jam dengan suhu 48⁰.
Kisah tentang produk gagal menjadi sukses,
bukan hanya dialami Post it. Jika Anda pernah membeli peralatan elektronik yang
dibungkus dengan plastik dengan balon udara kecil-kecil, itu adalah buble wrap yang manfaatnya adalah untuk
menghindarkan benda dari benturan dan guncangan saat pengiriman.
Buble wrap awal terciptanya juga bukan
ditujukan untuk itu. Ceritanya dua orang insinyur bernama Marc Chacannes dan Al
Fielding akan menciptakan teksture baru untuk wallpaper atau kertas dinding.
Keduanya benar-benar gagal karena hasil karyanya tidak dapat dimanfaatkan untuk
pelapis dinding. Kedua insinyur tersebut kemudian mencoba menjualnya untuk
digunakan sebagai penyekat rumah. Namun secara tak terduga produsen computer
IBM membelinya untuk mengirimkan produk terbaru mereka. Sejak itulah produk
gagal ini berubah menjadi sukses luar biasa karena dipakai di berbagai
industri.
Banyak jalan menuju sukses. Salah satunya
adalah dengan menggali gagasan baru dari sebuah produk yang dinilai gagal.
Dalam kasus ini, petuah “lupakan kegagalan masa lalu” menjadi kurang relevan.
Yang tepat adalah, cermati kegagalan tersebut, siapa tahu ada langkah lanjutan
yang diperlukan untuk membuat kisah produk gagal menjadi sukses.
Selamat berkreasi.
3 Komentar
Artikel yang mencerahkan.
BalasHapusTerima kasih Mas Bambang
sama-sama mas sutriyono. ditunggu tulisannya ya
BalasHapusSangat menginspirasi
BalasHapusJika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer