Oleh: Bambang Suharno
Sesuai dengan usulan beberapa rekan alumni, berikut ini saya menyampaikan catatan dan pandangan saya mengenai Temu Alumni Kafapet yang berlangsung di Lembang tanggal 11-12 Januari 2020. Acara ini menurut saya memang ada hal yang spesial. Sebatas kesan yang tertangkap di benak saya, berikut ini catatan saya tentang angkatan 84, 86, 83 dan angkatan generasi milenial. Bukan berarti angkatan lain seperti angkatan saya (85) tidak penting, namun menurut saya angkatan yang saya tulis inilah yang dapat menjadikan pelajaran untuk semuanya baik yang hadir maupun tidak hadir di temu alumni tersebut.
Angkatan 84, Gebrakan Baru
Di acara Temu Alumni/Gathering Kafapet Unsoed 2020 , saya terkesan dengan angkatan 84. Biasanya angkatan 84 yang hadir sekitar 5 orang saja (lebih sedikit dari angkatan saya 85🙂). Tapi kali ini lebih dari 20 orang dan hebatnya lagi, hebohnya seperti 200 orang.
Ini salah satunya adalah gara gara mas Eko Joko Lelono yg dikenal dengan nama mas Ejles, yang di masa kuliah tukang mengocok perut baik di panggung maupun obrolan di lobby kampus.
Lawakan gaya banyumasan yang egaliter dan blak blakan sangat menghibur diriku yang juga orang asli banyumas. Dan pastinya menghibur seluruh peserta.
Dewan juri tidak salah pilih, angkatan 84 memang layak mendapat penghargaan sebagai "Angkatan paling heboh" 👍👍👍
Saya menduga peran mbak Tri Harsi yang kini punya jabatan Kepala BIB (Balai Inseminasi Buatan) Lembang sangat besar untuk menghadirkan banyak warga angkatan 84 termasuk mas Ejles yang selama ini nyaris belum pernah kelihatan di Acara temu alumni lintas angkatan. Mudah-mudahan reuni mendatang angkatan 84 semakin banyak yang hadir, dan ditiru oleh angkatan lainnya yang selama ini diwakili hanya oleh beberapa orang saja.
Sayangnya di acara tersebut saya tidak melihat angkatan 84 yang saya kenal (dan terkenal di kalangan mahasiswa) antara lain mas Joni (ketua umum senat mahasiswa 1987-1989), mas Hotma Parulian Sihombing (perintis dan pemimpin pertama majalah Husbandry), Edy Prawaskito (eh beliau datang nggak ya?), Heri Supriyadi (aktif di SEF dan anggota BPM) dan yang lainnya.
Menurut Mbak Tri Harsi, angkatan 84 kalau kumpul satu angkatan jumlahnya banyak, tapi giliran temu alumni lintas angkatan yang datang sedikit. Untunglah kali ini cukup banyak yang hadir.
Mungkin hal ini mirip dengan angkatan 85 dan juga beberapa angkatan lainnya. Ketika reuni satu angkatan jumlahnya bisa lebih dari 50 orang, namun ketika temu alumni lintas angkatan yang hadir sedikit.
Selamat buat angkatan 84 dengan gebrakan barunya yang telah mendapat predikat paling heboh.
Angkatan 86, Pelopor Penyatuan Lintas Program Studi
Bukan hanya jumlah, penampilan di panggung juga mantap bener. Siapa lagi kalau bukan peran Mas Igie, pejabat Dinas Ketahanan Pangan Jateng (sebelumnya di Dinas Peternakan Jateng) yang jiwa seninya luar biasa yang mampu menggerakkan sesama angkatan 86 tampil dengan sangat bagus. Igie adalah pencipta Mars Kafapet yang selalu diperdengarkan setiap acara temu alumni. Di Dinas tempat bekerja, Igie juga yang menciptakan beberapa lagu wajib .
Perihal kedekatan S1 dan D3 di Fapet Unsoed setahu saya memang sudah dimulai sejak mahasiswa. Waktu saya jadi pengurus Senat (saya pernah jadi ketua Sema bidang penalaran lho ), salah satu misi yang diemban mas Joni selaku ketua umum senat mahasiswa (Sema) adalah bagaimana supaya S1 dan D3 semakin menyatu dalam kegiatan kemahasiswaan. Maka di era itu (tahun 87-89) saya mengenal dan sering beraktivitas bersama dalam kegiatan kemahasiswaan para aktivitis 86 dari D3 antara lain Hernani Da Silva Coelho , Budi Purnomo (wartawan senior), Agus Kadarisman (CP Group), Iman Susanto, Darmanung Siswantoro (Infovet) dan lain-lain Mereka yang dari D3 rata-rata sudah lulus S1, bahkan ada yang sudah S3 (mungkin ada yang sudah profesor) . Hernani Da Silva bahkan menjadi alumni Unsoed pertama yang menduduki Jabatan Menteri selama 2 kali, Menteri Luar Negeri dan menteri Perminyakan, di negerinya Timor Leste yang dulunya ketika dia kuliah masih menjadi bagian dari NKRI.
Sementara itu angkatan 86 yang S1 banyak sekali para aktivitis baik di senat mahasiswa maupun BPM (Badan Perwakilan Mahasiswa) . sebut saja misalnya. Minto B Raharjo (MBR), Rony Fadilah, Johan Rifai, Ruzdi Muaz, Yosi Daniarti, Injie Rohyati, Sharon Indriyani, Carlita Farmasiana, Takris Pratama, Catur Lukito, Ign Harjanta Nugraha , Bambang Rijanto Japutra, Agus Urson, Tatang Eko Priyambodo, Herman Sumarna, Uday Ruhimat, Pardiyono (pak De) dan masih banyak lagi (maaf banyak yang belum disebut ya? )
Nama-nama ini pula yang mempelopori aktivitas reuni sejak era 2000an. Berkembangnya kegiatan Kafapet Unsoed juga dipelopori oleh MBR dkk tatkala menjadi ketua Kafapet Pusat dan hingga sekarang Kafapet bisa mendominasi kegiatan Ka Unsoed, antara lain berkat dedikasi sebagian besar angkatan 86
Sekedar catatan, di kala mahasiswa, banyak dari angkatan 86 yang membantu saya menyukseskan program senat. Beberapa program yang belum sempat terealisir di era senat sebelumnya (era mas Wiseno Nurhamzah) mulai direalisasikan antara lain pembentukan Up3 (Unit Penelitian dan Pengembangan Peternakan), UPM (Unit Pengabdian Masyarakat), AEC (Animal Hubandry English Club). Ketua UP3 yang pertama adalah Johan Rifai (86), Ketua UPM pertama Bambang Hudiyoko (86), ketua AEC pertama Asto Waluyo (alm, angktan 85). Ada juga Unit kegiatan pengembangan Bahasa Indonesia, dengan ketua Rusdi Muaz. Di bidang lain juga banyak berperan antara lain penerbitan majalah Husbandry (Tatang , Herman dkk), Unit Kerohanian Islam (UKI) Catur Lukito dkk.
Yang unik dari 86 , banyak aktivis yang berasal dari Unit Kerohanian Islam (UKI) kalau nggak salah dipimpin oleh Catur Lukito yang di kala itu setiap hari Jumat mengadakan pengajian. Entah kebetulan atau tidak pengajian bulanan Kafapet Jabodetabeksuci yang dikembangkan Roni Fadilah seperti sebuah proses pengembangan dari kegiatan pengajian mingguan di era mahasiswa . (mirip dengan fenomena Deja vu ya? hehehe)
Sekedar bernostalgia, Kampus Fapet Unsoed di era itu luar biasa aktifnya. Setiap Jumat, sabtu dan minggu kampus tak pernah sepi dari kegiatan, baik acara diskusi English Club, seminar UP3, penyuluhan UPM, talkshow di RRI/radio Dianswara (UPM/UP3), acara pencinta alam (Capra Pala), hingga pertandingan olah raga. UPM sendiri merupakan pelopor acara pengabdian masyarakat mahasiswa melalui talkshow Radio di RRI dan Radio Dianswara. Saya sendiri sempat jadi narasumber talkshow membahas peternakan bersama Pak Singa yang di era itu sangat terkenal sebagai host acara "Gendu Gendu Rasa" Banyumasan di radio. Sayang waktu itu belum sempat selfie bersama wkkk. Majalah Husbandry menjadi majalah terbaik di antara majalah milik senat mahasiswa Mahasiswa Peternakan seluruh Indonesia.
Pembatu Rektor 3 waktu itu bapak Mardiprapto SH sempat menyatakan heran dengan padatnya aktivitas Sema Fapet Unsoed yang sangat banyak. Waktu itu setiap kegiatan mahasiswa harus dilaporkan ke fakultas dan universitas sehingga tercatat dengan baik.
"Setahun kan 365 hari, mahasiswa fapet kok bikin kegiatan lebih dari 300 kali, jadi setiap hari ada kegiatan? Apa tidak mengganggu kuliah?," ujar nya heran (dan mungkin kagum atau mungkin juga menegur supaya kegiatan dikurang). Saya sendiri heran, ternyata setelah direkap, jumlah kegiatan Fapet begitu padatnya (dalam seminggu bisa 7 kegiatan), padahal kuliah saat itu wajib 160 SKS dan banyak sekali praktikum di lapangan. Mestinya bisa masuk rekor MURI ya.
Nah, kembali ke angkatan 86. memang betul dari hampir semua kegiatan itu angkatan 86 banyak yang aktif, yang disusul angkatan 87, 88 dan seterusnya.
Selamat untuk angkatan 86 yang berperan besar setiap temu alumni dan selalu tampil dalam jumlah terbanyak,
Angkatan 83, Pelopor Kebersamaan
Senior ini sungguh luar biasa kompaknya sejak mahasiswa. Layaklah, di Temu Alumni kali ini, angkatan 83 mendapat pernghargaan angkatan paling kompak.Tokoh yang saya kenal pertama kali adalah mas Wiseno Nurhamzah yang menjadi Ketua Umum Senat sebelum mas Joni. Guyub rukun mereka sepertinya sudah tertanam sejak mahasiswa.
Tahun 1990an , Mas Wiseno sudah mulai merintis pertemuan sesama angkatan 83 yang di Jabodetabek yang dilanjut dengan pertemuan lintas angkatan (waktu itu Mas Bambang Antara angkatan 81 juga aktif menyebarluaskan informasi ke adik-adik angkatan). Saya membayangkan, waktu itu mas Wiseno seumuran Fajar Hidayat saat ini (angkatan milenial, 2012). Bedanya, Mas Wiseno benar-benar merintis, seperti babat hutan, mendata para alumni di Jabodetabek, dimana saat itu belum ada handphone apalagi komunkasi medsos. semua harus dilakukan secara manual, cari info dari mulut ke mulut, dan telepon dari kantor ke kantor. Di angkatan 83 ini selain mas Wiseno yang saya tahu ada Mbak Alfi Fatmayani, Mbak Irene Retnaningsih, Mbak Fajar, Mbak Marina, Mas Agus Rakhmat, Mas Aris Winaya, Mas Wasono (alm), Mas Samsir, Mas Masrur Sumeri dan sebagainya.
Waktu itulah ketika masuk Jakarta, setelah ketemu Mas Wiseno, saya mulai silaturahmi ke Ditjen Peternakan, berkenalan dengan senior seperti mas Nusirwan Jacob (alm), Mas Riwantoro, Mas Priyo Setiadi (Balitnak) dll. Dari hasil silaturahmi Mas Wiseno dkk ini kemudian sejumlah reuni dilakukan dengan jumlah peserta yang cukup banyak untuk ukuran saat itu. yang saya ingat reuni di Puncak (sekitar 200an orang), TMII, Gedung Milik Dinas DKI-Ragunan, gedung LIPI, serta reuni di kediaman warga alumni di Jabodetabek dan lain-lain. Pernah juga kumpul di area terbuka kebun binatang Ragunan sambil makan siang lesehan dengan begitu akrabnya.
Nah, angkatan 83 itu selain aktif menggalang pertemuan lintas angkatan di era 90an, juga terus mengembangkan bersilaturahmi sesama angkatan. Ini yang patut diacungi jempol buat mereka. Ada satu anggota yang hajatan khitanan putranya, mereka berkumpul. Ada yang sakit, mereka berkumpul. Ada yang ulang tahun pun mungkin mereka kumpul. Bisa di bayangkan, di tengah kesibukan Jakarta dan disertai lalu lintas yang padat, mereka sering berkumpul, pastinya membutuhkan komitmen kekompakan yang luar biasa.
Kekompakan mereka sangat terlihat di acara temu alumni. Bukan hanya seragamnya yang selalu tampil bagus dan bervariasi, melainkan juga serius berlatih berbaris, bernyanyi, yel-yel yang penuh semangat. Mereka melepas semua atribut jabatan, dan menyatu sebagaima masih mahasiswa. Saking kompaknya seorang alumni lain angkatan berseloroh, "kalau anak/cucu mereka melihat, mungkin diketawain ya, kakek nenek kok pada berbaris cantik hehehe".
Selamat untuk angkatan 83 atas kekompakannya yang luar biasa,
Generasi Milenial
Generasi milenial adalah generasi yang lahir setelah tahun 1980. Menurut saya yang milenial banget adalah yang lahir tahun 90an, karena mereka di kala mahasiswa sudah masuk era whatsapp dan instagram. Mereka tidak tahu Presiden Soeharto, mungkin lihat tapi masih usia TK atau SD. Di kalangan alumni Fapet mereka diwakili oleh Fajar Hidajat (angkatan 2012) dan kawan-kawan.
Saya bersyukur di reuni Lembang, cukup banyak angkatan milenial Kata Fajar sekitar 15 orang hadir di reuni Lembang. Meski beda angkatan, mereka terlihat ngobrol sendiri dengan akrab dan mungkin dengan bahasa mereka sendiri yang kurang dipahami oleh generasi baby boomer (kelahiran 46-65) dan generasi X (kelahiran 66-80).
Generasi ini diharapkan ke depan akan berperan besar dalam menggalang kekompakan alumni lintas generasi.
Peran Ketua Kafapet Jabodetabeksuci Roni fadilah sangat besar untuk menggalang generasi milenial untuk aktif. Di Jabodetabek, mereka sudah mulai diajak hadir di acara kajian bulanan dan ngopi bareng hari Sabtu di kediaman Roni Fadilah. Saya yakin ngobrol santai sambil ngopi menimbulkan obrolan menjadi berkualitas, menjadi saling memahami pola pikir antar generasi.
Komunikasi lintas generasi ini sangat-sangat penting karena generasi x sangat mudah salah paham dengan generasi milenial yang sering dikesankan kurang sopan, semaunya sendiri dan anti mainstream. Di sisi lain mereka terbiasa dengan informasi yang bejinun dari segala penjuru mata angin (googling, youtube dan lain-lain).
Saya sudah mencoba membuat group tim website Kafapet-Unsoed.com yang melibatkan generasi milenial, dengan harapan segera akan terjadi alih generasi yang aktif mengembangkan bermacam teknologi kekinian.
Meski tidak ada penghargaan untuk gerenasi milenial, saya ucapkan selamat untuk generasi milenial yang hadir di temu alumni, semoga di tahun mendatang akan lebih banyak lagi partisipasi kalian.
Catatan lainnya dari temu alumni adalah hadirnya alumni yang dari jauh, baik dari dalam maupun luar negeri. Saya lihat di acara ini ada mas Asrofi dari kalimantan, Agus Urson dari Bali, lili marwati dari Lampung dan yang lainnya.
Tahun 2018 lalu hadir Hernani Da Silva dari Timor Leste, pernah juga Prof Mulyoto datang dari Australia. Ada baiknya, di acara yang akan datang, peserta temu alumni terjauh mendapat penghargaan, karena mereka benar-benar meluangkan waktu, tenaga dan biaya untuk menghadiri acara ini.
Benang merah dari uraian saya di atas adalah, semua kekompakan itu terjadi karena komunikasi yang terus dipupuk. Tantangan ke depan adalah bagaimana agar Kafapet Unsoed terus berkembang di tangan generasi baru. Insya Allah dengan upaya yang dilakukan pengurus Kafapet , hal ini dapat berjalan dengan lancar. Aamiin.
Penulis adalah alumni Fapet Unsoed angkatan 85
0 Komentar
Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer