Sulawesi Tengah, kafapet-unsoed.com - Semangat juang Jenderal Soedirman terus menyertai perjalanan karir para alumnus Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) baik dalam maupun luar negeri. Seperti Prof. Marsetyo yang merupakan alumni Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, masuk pada tahun 1986.
Selama menjadi mahasiswa banyak prestasi yang diraihnya salah satunya ialah sebagai juara 2 Mahasiswa Berpretasi tingkat Fakultas. Setelah menyelesaikan studi S1 pada tahun 1991, Prof. Marsetyo mencoba keberuntungan dengan mendaftar sebagai dosen di 20 Perguruan Tinggi di Indonesia mulai dari Lampung, Kalimantan, Sulawesi, NTT, Papua dan Jawa tentunya.
Beberapa bulan kemudian ada balasan dari 3 Universitas, dengan berbagai pertimbangan akhirnya Marsetyo memilih mengabdi di Fakultas Pertanian, Universitas Tadolako yang letaknya di kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Salah satu pertimbangannya ingin mencerdaskan anak bangsa teruama di luar pulau Jawa.
Mengawali karier sebagai dosen di luar daerah pada awalnya sempat sock, dikarenakan kebudayaan dan alam yang sangat berbeda. Tahun 1991 Universitas Tadolako secara fisik masih dalam tahap pembangunan.
Jarak dari kantor ke kontrakan sekitar 1 kilometer dengan jalan berbatu dan menanjak yang hanya bisa dilalui dengan jalan kaki. Air berkapur dan cuaca yang panas. Namun, lambat laun dapat diatasi seiring dengan perkembangan infrastruktur.
Layaknya sorang CPNS lainnya pada awal-awal memperoleh gaji 80% dipergunakan dengan hemat dan efisien, pendapatan sebesar Rp 85.000,00 dipergunakan untuk bayar kontrakan Rp. 30.000,00 kemudian masak nasi sendiri dan hanya lauk pauk yang dibeli. Alhamdulillah pada saat itu dengan besaran gaji seorang CPNS dirasa masih cukup.
Selain mengajar Prof. Marsetyo mulai sibuk menyiapkan strategi dengan tekun belajar bahasa Inggris sambil melamar beasiswa Pasca Sarjana, kemudian pada tahun 1994 mendapatkan beasiswa S2 di University of New South Weles Australia dan lulus pada tahun 1996. Kemudian pada tahun 1999 melanjutkan studi doktoral di University of Queensland Australia dan lulus pada tahun 2003.
Karier yang sangat moncer, Tahun 2008 sudah memperoleh gelar guru besar (Profesor) di bidang Tanaman Pangan, dikala masih berpangkat IIIC pada waktu mengurus guru besar dan dalam jangka waktu 5 tahun sudah turun SK guru besar dengan golongan IIID. Saat ini beliau mempunyai golongan IVE, dan menduduki jabatan sebagai kepala Internasional Office Universitas Tadolako.
Selama mengabdi hampir 30 tahun di Sulawesi Tengah, praktis sudah banyak kenangan yang berkesan dan dijadikan pengalaman hidup, salah satunya adalah peristiwa gempa Palu di tahun 2018. Dimana kepanikan ada dimana-mana, sementara banyak orang meninggalkan rumah untuk mencari tempat yang aman, beliau lebih memilih tinggal dirumah sambil tetap waspada, sehingga tidur juga dilakukan dilakukan diluar rumah.
Tidak ada terbersit dipikiran untuk mengungsi yang ada dihatinya adalah bagaimana mengamankan aset negara dari situasi yang mencekam dengan terjadinya pencarahan dimana-mana. Pada saat itu beliau langsung di telpon oleh staf Kementrian Luar Negeri untuk menangani mahasiswa asing dan duta besar dari negara lain.
Prof Marsetyo berpesan pada alumni kafapet Unsoed yang ingin menjadi dosen agar tetap semangat berjuang dan mengabdi di seluruh negeri guna mencerdaskan anak bangsa, jangan cepat mengeluh oleh keadaan, tetap berbuat baik dan yakinlah akan pertolongan Allah. "Agar kariernya cepat naik maka perbanyaklah publikasi penelitian, pengabdian dilakukan setiap weekend, pengajaran dengan 8-9 sks, aktif di kegiatan penujang," pesannya. Semangat juang Jendral Soedirman yang terus mengantarkan Prof. Marsetyo terus berkiprah di Sulawesi Tengah.
Penulis : Lilis Ambarwati
Editor : Nurtania Sudarmi
Foto : Univ. Tadulako
0 Komentar
Jika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer