Mulyoto Pangestu meraih gelar magister dan doktornya dari Monash University, Australia. |
Semarang, Kafapet-unsoed.com. Alumni Fapet Unsoed Mulyoto Pangestu meraih gelar magister dan doktornya dari Monash University, Australia. Mulyoto sebagai ilmuwan Indonesia yang menemukan teknik pengeringan sperma yang sederhana dan murah. Saat ini Mulyoto bekerja di Fakultas Kedokteran, Keperawatan, dan Ilmu Kesehatan di Monash University, Australia sebagai Dosen pada Program Pendidikan Reproduksi dan Perkembangan, Departemen Obstetri dan Ginekologi, ujar Ir.H.Alief Einstein,M.Hum. dari kafapet-unsoed.com selesai bincang-bincang dengan Alumni Fakultas Peternakan Unsoed angkatan 1993 Kuspramono yang juga sebagai peserta acara HIFERI 2024.
Pramono (sapaan akrab Kuspramono) menjelaskan bahwa pada tanggal 22 - 25 Agustus 2024 bertempat di Hotel Padma, Semarang, diadakan acara The 9th Indonesian Fertility and Endocrinology Association Biennial Scientific Meeting dengan tema Diverse Knowledge Innovation in Reproductive Medicine for A Sustainable Future, dengan mengundang pembicara nasional dan internasional. Acara yang mengundang pembicara internasional tersebut berlangsung pada tanggal 24 Agustus 2024 dengan sub tema Fertility Preservation yang dipandu moderator Prof.Dr.dr.Hendy Hendarto,Sp.O.G., Subsp.,FER. Adapun pembicara internasional tersebut adalah Prof.Shailesh Puntambekar (India), Prof Seido Takae (Jepang), dan Prof.Dr.Ir.Mulyoto Pangestu (Australia).
Acara yang dihadiri ratusan anggota HIFERI tersebut merupakan kegiatan rutin setiap 2 tahun sekali yang dilakukan oleh organisasi HIFERI (Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia) yang merupakan organisasi profesi yang menghimpun para dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang menjadi sub-spesialis endokrinologi reproduksi dan fertilitas. Pada kesempatan tersebut Prof.Mulyoto atau sering dipanggil Pak Mul merupakan Dosen Fakultas Peternakan Unsoed yang telah pensiun per 31 Desember 2021 memberikan materi Social Egg Frezzing, Ethical Issues and their application in the future.
Berikut beberapa hal dari paparan Mulyoto yang perlu diketahui peserta :
Lebih dari 15.000 bayi telah dilahirkan dengan menggunakan teknologi simpan beku sel telur sejak tahun 2020, malah di Amerika Serikat sejak tahun 2004 telah dilahirkan lebih dari 10.000 bayi dengan menggunakan teknologi yang sama.
Rata rata angka kelahiran hidup per transfer embrio hasil teknologi simpan beku sel telur 40 - 50% pada wanita umur di bawah 35 tahun. Angka keberhasilan transfer ini setiap tahunnya semakin meningkat, bahkan ada klinik yang melaporkan sampai 70%.
Dari segi aspek sosial, teknologi simpan beku sel terlur sangat berguna untuk masa depan (dengan / tanpa indikasi medis), proses ini sangat membantu wanita yang ingin menyimpan sel telurnya, bila suatu saat akan digunakan untuk proses Invitro Fertilization (bayi tabung).
Tantangan simpan beku sel telur secara sosial menyangkut alasan dan pertimbanganya yaitu meliputi Prosedur (stimulasi ovarium, proses OPU / ovum pick up/panen sel telur, jumlah sel telur dihasilkan saat OPU). Biaya (menyangkut biaya stimulasi dan panen sel telur), Protokol simpan beku (vitrifikasi atau slow cooling) dan terakhir adalah Penyimpanan (menyangkut biaya penyimpanan sebelum sel telur itu digunakan).
Masalah etik proses simpan beku sel telur antara fiksi dan realitas. Pada wanita bisa menggunakan sel telurnya untuk menghasil keturunan dengan pasangannya. Wanita tersebut juga bisa mendonasikan sel telurnya untuk Wanita lain atau pasangan lain.
Sebagai gambaran sederhana perbandingan protokol penyimpanan sperma dan sel telur. Pada penyimpanan sperma bisa dilakukan dengan mudah, bisa dilakukan kapan dan dimana saja, murah, resiko rendah, nilai gunanya, dan dilakukan dengan rasa senang, sedangkan pada penyimpanan sel telur dilakukan lebih rumit, perlu stimulasi ovarium, juga perlu rencana yang tepat, biaya yang lumayan tinggi. Jumlah sel telur yang terbatas, nilai gunanya dan kadang stress yang tinggi pada wanita.
Selanjutnya Pramono menjelaskan bahwa pada bidang teknologi reproduksi membawa Mulyoto mengantarnya meraih penghargaan tertinggi (Gold Award) dalam kompetisi Young Inventors Awards, yang diadakan majalah The Far Eastern Economic Review (FEER) dan Hewlett Packard Asia Pasifik pada tahun 2000.
Walaupun sudah pensiun dari Unsoed Mulyoto masih mengajar di almamater tercinta dan menjadi dosen tamu pada Program Pendidikan Dokter Spesialis (Sp1) dan Sub Spesialis (Sp2) di beberapa center Pendidikan seperti Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Universitas Diponegoro, dan Universitas Sebelas Maret, ungkap Pramono.
Pramono menambahkan bahwa puluhan jurnal internasional juga sudah dipublikasikan Mulyoto, baik di bidang perternakan maupun bidang tekonologi reproduksi.
Penulis : Kuspramono dan Ir. Alief Einstein, M.Hum
Editor : Ir. Alief Einstein, M.Hum
Foto : Kuspramono
1 Komentar
Alhamdulillah. Nderek nyimak nggih. Bangga menjadi alumni UNSOED
BalasHapusJika kesulitan posting komentar via hp harap menggunakan komputer