Analisis Awal Longsor di Kaliireng Banjarnegara

Dr.Ir.Indra Permana Jati,ST.,MT (Dosen Ahli Longsoran dari Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Unsoed).

Purwokerto, Kafapet-Unsoed.com. Kejadian longsor terjadi lagi di Desa Kaliireng, Kecamatan Pejawaran, Banjarnegara. Hari dan tanggal kejadiannya persis sama seperti yang terjadi di desa Kasimpar, Kecamatan Petung Kriono, Pekalongan yaitu pada hari Senin 20 Januari 2025, ungkap Indra (sapaan akrab Dr.Ir.Indra Permana Jati,ST.,MT) saat pemaparan yang di pandu oleh Ir.H.Alief Einstein,M.Hum. dari kafapet-unsoed.com pada hari ini Rabu 29 Januari 2025.

Menurut Indra (dosen ahli Longsoran dari Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Unsoed), bahwa informasi yang didapatkan dari masyarakat sekitar Desa Kaliireng, memang pada hari Senin tersebut terjadi hujan yang sangat lebat sekitar 2 sampai 3 jam. Dengan mengamati kronologi dan histori kejadian dimungkinkan pengaruh utamanya adalah curah hujan yang begitu tinggi di daerah tersebut, karena 2 lokasi kejadian longsor baik yang di Pekalongan maupun yang di Bamjarnegara sebenarnya tidak terlalu jauh dan masih dalam satu zona yaitu Pegunungan Serayu Utara dan Jajaran Gunung Api Kuarter.

Selanjutnya Indra yang juga anggota IABI (Ikatan Ahli Bencana Indonesia), menjelaskan bahwa ada hal yang berbeda di dua lokasi tersebut, yaitu kalau longsor di Petung Kriono, Pekalongan longsor bergerak cepat dan menghancurkan perumahan warga di sekitarnya dan memakan korban cukup banyak, sedangkan longsor yang di Kecamatan Pejawaran, Banjarnegara longsornya berjalan lambat dan tidak memakan korban jiwa, namun merusak rumah - rumah di sekitar lokasi longsor.

Apa yang menjadi penyebab longsoran di Pejawaran belum bisa terjawab dengan pasti, karena lokasi masih bergerak dan sangat berbahaya untuk masuk ke lokasi longsoran, ujar Indra (anggota IAGI / Ikatan Ahli Geologi Indonesia).

Tetapi ada beberapa hal yang bisa dijelaskan secara kualitatif dari Pengamatan Visual di lokasi kejadian. Analisis Morfologi, dan Anatomi Longsor yang bisa teramati dari citra drone atau video yang di tayangkan Para Relawan dan Media yang meliput. Anatomi longsor di Banjarnegara terlihat sebagai mahkota longsor yang melingkar atau lurus. Beberapa lokasi terlihat retakan-retakan sebagai Calon Mahkota Longsor berbentuk memanjang seperti pada jalan-jalan di pinggir sungai, retakan berbentuk lurus mengikuti jalan di sepanjang sungai. Retakan tersebut mengikuti sungai karena arah retakan menuju ke bibir sungai sebagai akibat cekungan sungai. Yang perlu di cermati adalah lokasi di pemukiman dimana longsoran seakan-akan mengikuti jalur patahan. Tetapi pertanyaannya apakah ada gempa bumi sebelum terjadi longsoran, sepertinya tidak ada informasi mengenai hal itu. Jadi kemungkinan karena adanya pergeseran batuan yang biasa mengakibatkan gempa masih menjadi pertanyaan. Oleh karena itu, beberapa kemungkinan dugaan awal terjadinya longsor di Desa Kaliireng, Kecamatan Pejawaran, Banjarnegara adalah karena adanya Sistem Morfologi lampau yang bisa karena pergerseran batuan secara vertical/graben yang membentuk semacam cekungan, tetapi batuan sudah mengalami pelapukan dan di atasnya ada tanah penutup. Sistem cekungan tersebut nampaknya masih berfungsi untuk menampung air seperti saat hujan terjadi sehingga terjadi cekungan air pada mangkok batuan tersebut dan menyebabkan tingkat saturasi yang tinggi dan mengakibatkan amblesan tanah di atasnya. Pola cekungan dan kelurusan cekungan bisa teramati dari arah pergerakan longsor yang mempunyai arah tertentu yang diikuti amblesan di kanan - kiri cekungan memanjang. Kemungkinan ke dua karena morfologi lampau yang membentuk jalur lembah memanjang dan salah satu ujungnya ke tempat yang lebih rendah sehingga memungkinkan kalau penjenuhan air terjadi, maka tanah di atasnya akan ambles mengikuti cerukan lembah yang memanjang tersebut dan berjalan ke arah yang lebih rendah. Kejadian ini mirip dengan Liquifaksi cuma bedanya kalau Liquifaksi dipicu oleh getaran gempa, kalau yang terjadi di Kaliiring di picu oleh penjenuan air pada lembah yang dibentuk bisa karena Morfologi Lembah Lampau atau Struktur Patahan. Untuk meyakinkan penyebabnya bisa di lakukan penelitian detail menunggu kondisi stabil, ungkap Indra.

Langkah darurat yang bisa dilakukan adalah menutup lokasi karena proses alam masih berjalan, dan lokasi terdampak akan sulit teratasi, jadi untuk sementara adalah masyarakat di evakuasi dari lokasi terdampak, jelas Indra yang mempunyai 2 (dua) Hak Cipta yakni : Peta Rawan Longsor Karang Jambu dan Peta Rawan Longsor Karang Moncol.

Indra menambahkan bahwa belum banyak yang bisa dilakukan longsor di Banjarnegara terutama saat akan melakukan pengecekan batuan atau tanah, karena tanah masih bergerak dan labil.



Penulis     : Ir. Alief Einstein, M.Hum

Foto          : Ir. Alief Eisntein, M.Hum

Posting Komentar

0 Komentar