Paus Fransiskus dan Koperasi

Suroto (Alumni FEB Unsoed)

Purwokerto, Kafapet-Unsoed.com. Tepat di hari perayaan Paskah, seluruh penjuru dunia berduka atas meninggalnya Paus Fransiskus Xaverius.  Tak hanya umat Katolik, tapi juga mereka yang selama ini mendapat dukungan  pembelaan atas perjuangan kemanusiaan dan keadilan, ungkap alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsoed angkatan 1995 Suroto,SE., selesai bincang-bincang  dengan Ir.H.Alief Einstein,M.Hum. dari kafapet-unsoed.com.

Menurut Suroto (Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis/AKSES), Paus tak hanya sebagai pribadi yang bersahaja, tapi juga dedikatif terhadap berbagai isu sosial dan salah satunya adalah isu koperasi. Kedalaman pemahamannya terhadap koperasi terucap dari perkataannya yang disampaikan kepada pemimpin organisasi gerakan koperasi dunia, International Cooperative Alliance (ICA) yang dipimpin Ibu Dame Pauline Green, Presiden ICA kala itu, ketika audiensi di Vatikan tahun 2013.

"Jika pemimpin dunia paham apa itu  perusahaan koperasi, apa itu organisasi koperasi, apa itu gerakan koperasi, dan apa itu ideologi koperasi, maka dunia tak akan seburuk ini", kata Paus Fransiskus secara spontan dalam audiensi tersebut,  sebagaimana disampaikan Dame Pauline kepada Suroto ketika jumpa di Bali, Indonesia dalam tahun yang sama 2013, ujar Suroto yang juga CEO Induk Koperasi Usaha Rakyat (INKUR).

Ucapan tersebut tentu sulit diucapkan oleh orang yang tidak mengerti koperasi secara mendasar. Mereka yang tak mengerti hakekat koperasi pastilah sulit mencari hubungannya antara koperasi dan dunia yang lebih baik. Tapi tidak oleh Paus, yang ternyata Paus pernah magang kerja di Koperasi Rumah Sakit dalam masa mudanya di Argentina, negara asal orang bijak ini, jelas Manajer Boersa Kampus (Ritel - Ritail di depan Gedung Pusat Administrasi Unsoed)

Perkataan Paus tersebut ternyata setelah 12 tahun kemudian mendapatkan relevansinya yakni Organisasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengakui gerakan koperasi dengan segala capaiannya. Ini setidaknya dapat dilihat dari resolusi PBB nomor  A/78/L.71 yang menetapkan tahun 2025 ini sebagai Tahun Koperasi Internasional (International Year of Cooperatives/IYC 2025) dan diberikan tema" Koperasi Membangun Dunia Lebih Baik". IYC 2025 ini adalah bentuk pengakuan penting dunia terhadap capaian koperasi sebagai organisasi otonom, mandiri dan demokratis, ungkap Suroto (penulis buku "Koperasi Lawan Tanding Kapitalisme").

Suroto mengatakan bahwa dunia yang didominasi oleh sistem kapitalisme hari ini memang tidak sedang baik-baik saja. Manusia ditundukkan oleh kekuatan modal. Motif korporasi kapitalis yang hanya mengejar keutungan semata kemudian datang merusak alam. Manusia, di dalam sistem kapitalis diajarkan oleh satu dogma, bersaing. Berebut dan saling tikam demi satu hal : penuhi hasrat keserakahan individu. 

Akibatnya, dunia hari ini selalu berada dalam krisis, ketegangan, dan frustasi. Individu tercerah berai, saling tikam dalam persaingan bebas sistem kapitalisme, jelas Suroto.

Individualisme, dan egosentrisme telah lahirkan pribadi yang lemah, tak bertangungjawab, dan yang kalah ditindas oleh yang menang, yang lemah dimangsa oleh yang kuat, ujar Suroto.

Koperasi, dari sejak kelahiranya sebagai organisasi modern kurang lebih 181 tahun silam, memang untuk melawan motif keserakahan itu. Para pioner gerakan koperasi Rochdale, Inggris dengan semangat menolong diri sendiri melalui jalan kerjasama, cooperation, memang ingin melawan dogma sistem persaingan kapitalisme. Mereka melawannya dengan cara damai dan dilakukan dengan membentuk perusahaan koperasi, tapi dengan motif, cara dan tujuan yang berbeda, ungkap Suroto.

Perusahaan koperasi menurut Surato hari ini telah dianut oleh 1,3 milyard orang anggota individu di seluruh dunia. Motifnya adalah untuk mengganti sistem pengejaran keuntungan (profit motive) perusahaan dengan supremasi di tangan pemilik modal finansial semata ke arah sistem pengejaran manfaat (benefit motive) bagi semua orang yang terlibat di perusahaan seperti produsen pensuplai skala rumah tangga, pekerja, bahkan konsumen. 

Suroto menambahkan, untuk itulah koperasi menaruh cara yang berbeda dengan menaruh kekuasaan pengambilan keputusan di perusahaan sebagai jantung ekonomi ini dengan persamaan hak setara untuk mereka yang terlibat di perusahaan, bukan hanya di tangan pemilik modal finansial semata.  Koperasi mencari dan membagi manfaat sesuai dengan besaran partisipasi setiap orang yang terlibat. Untuk satu tujuan, agar tercipta keadilan.

Gerakan koperasi, yang dikerjakan melalui praktik oleh orang orang sederhana, mereka ingin jawab kebutuhan sehari hari, kebutuhan imanen, namun sekaligus penuhi kebutuhan yang bersifat spiritual transendental seperti hidup yang adil, penuh penghargaan terhadap alam dan kemanusiaan, kata Suroto.

Orang-orang koperasi di seluruh dunia telah kembangkan perusahaan yang dikelola secara demokratis dan jumlah putaran layanan bisnisnya dari 300 koperasi besar dunia sebesar 36 trilyun rupiah. Satu kali Produk Domestik Bruto (PDB) negara Italia.  Gerakan koperasi telah bergerak di seluruh sektor sosial ekonomi seperti sektor usaha keuangan, pabrik /industri, pertanian, perikanan, perumahan, rumah sakit, sekolah, perlistrikan, kampus dan lain-lain, ungkap Suroto.

Suroto berharap, mari kita maknai penyataan almarhum Paus Fransiskus tentang koperasi tersebut. Kita tidak hanya membangun perusahaan. Kita membangun manusia.

Kita tidak hanya menciptakan produk. Kita menciptakan makna. Kita tidak hanya menambahkan nilai. Kita mengembalikan nilai kepada mereka yang paling layak menerimanya.

Suroto juga berharap, mari kita berjalan bersama dalam jalan ideologis ini. Mari kita bangun ekonomi rakyat - kuat, demokratis, dan berakar pada solidaritas.



Penulis     : Ir. Alief Einstein, M.Hum

Foto           : Ir. Alief Einstein, M.Hum

Posting Komentar

0 Komentar